#5 Melahirkan Sandwich Generation Baru

Sandwich generation adalah orang-orang yang harus menghidupi 2 generasi diantaranya. Saya menemukan ada dua jenis sandwich generation:

  1. Sandwich Generation 1: Orang tua (usia 40 – 50 an tahun) yang membiayai orang tuanya yang sudah pensiun (usia 60 – 80 an tahun) dan anak-anaknya (usia sekolah).
  2. Sandwich Generation 2: Anak muda milenial (usia 20 – 30 an tahun) yang membiayai orang tuanya yang sudah pensiun (usia 50 – 70 an tahun) dan adiknya (usia sekolah, umumnya usia kuliah).

 

Literasi Keuangan, Sandwich Generation - Melvin Mumpuni

Literasi Keuangan, Sandwich Generation. Sumber Gambar 13.

 

Saya pernah membahas Sandwich Generation di salah satu webinar Make A Plan Finansialku.

Kalau Kamu merasa terjepit sebagai sandwich generation, saya memiliki tips untuk Kamu. Langsung saja cek klik di sini.

 

Artikel ini saya buat, lebih ke arah menyiapkan mindset yang tepat dan perencanaan dana hari tua (pensiun).

Jika Kamu tidak mulai menyiapkan dana pensiun mulai dari sekarang, maka bisa jadi anak Kamu adalah sandwich generation berikutnya.

 

Derita Menjadi Seorang Sandwich Generation

Saya seringkali mendapat pertanyaan di tiket Aplikasi Finansialku seputar orang-orang yang menjadi sandwich generation

Coba bayangkan orang-orang di usia muda, sekitar 20 – 30 an masih single harus membiayai orang tua dan adiknya yang masih kuliah. Jujur saja itu berat. 

 

Suatu ketika ada yang tanya ke saya:

“Pak Melvin, bagaimana cara mengatur anggaran gaji Rp 6 juta untuk orang tua dan adik yang masih kuliah?”

“Saya hidup di Jakarta dan 5 tahun lagi saya ingin berkeluarga.”

 

Coba pikirkan, apa jawabannya ?

 

Mengapa Terjadi Sandwich Generation?

Sandwich generation terjadi karena orang-orang tidak menyiapkan masa pensiunnya. 

Coba perhatikan gambar di bawah ini:

28 Hari Sanjay Tolani Buat Setiap Harinya Berarti

Sanjay Tolani. 28.000 Days, Make Every Day Counts. Sumber Gambar 14.

 

Coba perhatikan gambar di atas:

  • Manusia hanya bisa hidup produktif, menghasilkan pemasukan pada kuadran 2 dan 3 (periodenya 40 tahun).
  • Manusia menjadi tidak produktif, tidak menghasilkan pemasukan pada kuadran 1 dan 4 (periodenya 40 tahun).

Jika Kamu tidak mulai menyiapkan dari usia muda, maka jangan heran ke depannya akan ada sandwich generation yang baru. 

 

Banyak orang gagal menyiapkan masa pensiunnya karena banyak orang tidak terliterasi keuangan (tidak melek finansial).

 

Teman-teman saya mengingat sebuah peribahasa Jawa yang mengatakan:

Ngunduh wohing pakarti, sapa sing nandur, sing bakal ngunduh

Perbibahasa Jawa

 

artinya: Ada sebuah hukum timbal balik, siapa yang menabur, siapa yang menuai.

Peribahasa ini mengajarkan agar setiap orang bertanggung jawab atas dirinya dan atas masa depannya. Sebisa mungkin jangan nyusahin orang lain (termasuk anak, cucu dan keluarga).

 

Apakah kamu pernah mendengar cerita semut dan belalang?

 

Semut dan Belalang

Pada suatu musim panas di sebuah hutan hiduplah sekumpulan semut. Suatu saat si semut sedang bekerja mengumpulkan makanan. Gerombolan semut ini ternyata sedang mengumpulkan makanan untuk bekal saat musim dingin nanti.

Literasi Keuangan - Perencanaan Dana Hari Tua - Melvin Mumpuni

Semut dan Belalang, Siapa yang Menabur Dia yang Menuai. Sumber Gambar 15

 

Kemudian ada seekor belalang yang sedang santai-santai memainkan biolanya.

Belalang itu bertanya kepada semut: “Eh semut kenapa kamu kok repot-repot kumpulin makanan?”

Semut menjawab: “Lho kamu kok malah malas-masalan? Kami kumpulkan makanan untuk stok musim dingin.”

 

Si belalang merasa musim dingin masih lama dan lebih baik belalang santai-santai menikmati musim panas.

 

Singkat cerita musim panas berganti dengan musim dingin. Pada saat musim dingin datang, ternyata tidak ada tanaman yang tumbuh dan belalang kesulitan mencari makanan. Akhirnya belalang mati kelaparan.

 

Apa moral story nya?

Kita, orang-orang yang berada di usia produktif sama dengan semut atau belalng di musim panas. 

Kita punya dua pilihan:

  • Opsi 1: menyiapkan uang untuk nanti pensiun (sama seperti yang dilakukan semut)
  • Opsi 2: santai-santai menikmati hari ini (sama seperti yang dilakukan belalang)

 

Dan siapa yang menabur dia yang menuai 😀

 

Kamu yang Pensiun, Kenapa Perusahaan yang Repot?

Beberapa waktu lalu saya sempat bertemu dan ngobrol-ngobrol sama salah seorang yang sudah menjadi peserta pelatihan Masa Persiapan Pensiun (MPP). 

 

Perusahaan tempat Kamu bekerja, biasanya mempersiapkan pelatihan masa persiapan pensiun (MPP) untuk karyawannya. 

Program MPP ini biasanya diberikan perusahaan kepada karyawannya yang sudah berusia 50 tahun. Artinya 5 tahun lagi orang tersebut akan pensiun kan? Setelah dihitung-hitung secara keuangan, masa persiapan pensiun ini tidak cukup kalau hanya 5 tahun.

Orang tersebut, terkesan menyalahkan perusahaan karena terlambat menyiapkan program pensiun untuk karyawannya.

 

Saya berpikir: 

Ini kok aneh, udah baik diberi pelatihan program MPP (Masa Persiapan Pensiun). 

 

Program MPP itu tidak murah, karena melibatkan pakar keuangan, pakar psikologis dan biasanya ada berkaitan dengan entrepreneurship (Meskipun saya tidak setuju 100% pensiunan memulai bisnis). 

 

Menurut saya yang pensiun kan Kamu, kenapa perusahaan yang repot mikirin pensiun.

Kamu donk yang seharusnya mikirin pensiunmu….

 

Coba pikirkan kalau Kamu yang jadi manajemen perusahaan ….

 

Pilihan Pensiun: Pensiunan Kaya vs Pensiunan Miskin

Ada dua jenis pensiunan, pensiunan kaya dan pensiunan miskin.

 

Beberapa waktu lalu, saya naik taxi blue bird di Jakarta. Pada saat itu saya dari Bandara Sukarno Hatta dan ingin ke daerah Cilandak. Saya terkejut karena drivernya sudah sangat tua.

Di perjalanan saya memutuskan untuk bertanya: “Pak berapa usia Bapak?”

Bapak tersebut menjawab: “Usia saya 67 tahun (di tahun 2019)”

 

Wowww… saya pikir Beliau adalah pensiunan yang tidak siap pensiun.

Kemudian saya tanya lagi: “Pak, sudah berapa lama bekerja di Blue Bird?”

Bapak tersebut menjawab: “Saya sudah di Blue Bird sejak usia 63 tahun”

 

Tambah-tambah, pikiran saya…

Saya menjawab: “Bapak umurnya lebih tua dari papa saya lho. Ga pensiun aja Pak?”

Bapak tersebut menjawab: “Ya ini pensiun saya mas, nyupir taxi ini untuk ngilangin stress.”

 

Ternyata usut punya usut bapak tersebut pensiunan salah satu perusahaan karya (biasa bangun jalan tol, jalan layang, bangunan tinggi, dll).

Beliau punya tanah 5.000 meter di Jawa Barat, punya kos-kosan, anaknya tiga sudah pada sukses (paling kecil lulusan S2) dan masa pensiunnya tidak kekurangan uang.

Satu-satunya alasan Beliau nyetir taxi adalah menghilangkan stress, karena Beliau suka menyetir.

 

Saya hening sejenak dan berpikir, orang ini rupanya bekerja karena dia suka pekerjaannya.

Tanpa harus menyetirpun, sebenarnya orang ini sudah punya uang yang cukup untuk pensiunnya.

Bapak ini bukan seorang financial planner, tetapi dia sudah sukses menjalankan financial plan-nya.

 

Pertanyaan besar:

Apakah Kamu siap menjalankan financial plan mu?

 

Coba pikirkan, seandainya saat ini Kamu di usia produktif

  • sudah mulai menyiapkan rencana pensiunmu,
  • sudah mulai berinvestasi rutin sesuai rencana pensiunmu,
  • dan tiba saatnya pensiun uang terkumpul,
  • dan kamu tidak perlu menyusahkan anak, cucu dan keluarga,

 

apakah Kamu lebih merasa terbantu?

apakah Kamu lebih bahagia?

apakah Kamu lebih merasa bangga atas dirimu?

 

Jika ya, maka saran saya segera siapkan rencana pensiunmu. Di Finansialku kami memiliki program Memutus Rantai Sandwich Generation:

Memutus Rantai Sandwich Generation: bagaimana cara menyiapkan masa pensiun yang aman dan nyaman sehingga tidak melahirkan sandwich generation yang baru.

 

Siapa yang menabur, dialah yang menuai, sekarang ini Kamu punya pilihan

  • Menjadi semut atau belalang?
  • Menjadi pensiunan kaya atau pensiunan miskin?

Semuanya ada ditangan Kamu.

 

Teman-teman, Kamu bisa tonton diskusi kita mengenai Sandwich Generation pada video berikut ini:

 

Salah satu permasalahan orang tua adalah bom waktu bernama WARISAN.

Pada saat orang tua masih hidup, semua adem ayem. 

Pada saat orang tua meninggal dan sudah disurga, mereka melihat anak-anaknya ribut rebutan harta warisan.

 

Kenapa bisa terjadi? Yuk kita bahas rebutan warisan di Halaman 8.