#2 Tidak memiliki Proteksi: Unnecessary Risk Taking

Guys, what do you think about “a risk?

Menurut saya “a risk” atau risiko adalah suatu kondisi “tidak pasti” dan berpotensi menimbulkan kerugian. 

 

Namanya hidup selalu ada saja hal-hal yang tidak terduga kan?

Contoh: 

  • Tiba-tiba sakit demam dan harus ke dokter. 
  • Tiba-tiba terjadi kecelakaan, ketika di jalan. 
  • dan lain sebagainya. 

 

Kamu tentunya sudah tahu, risiko tidak bisa dihilangkan. Risiko hanya bisa diantisipasi dan dicari jalan keluarnya.

 

Sebagai seorang perencana keuangan, saya sering mengamati orang-orang yang melakukan keputusan keuangan yang berisiko.

Bukan berarti mereka bodoh, melainkan literasi keuangan mereka rendah. Mereka tidak sadar, hal yang mereka lakukan sangat berisiko.  

 

Saya punya sebuah cerita dan sekaligus pengalaman buruk.

 

Nasehat Keuangan Terjelek!

Suatu ketika ada orang yang bertanya pada saya: “Pak, kalau karyawan sudah mendapat asuransi kesehatan dari kantor, apakah perlu beli  asuransi kesehatan swasta?”

 

Menurut Kamu, apakah perlu beli asuransi kesehatan tambahan?

Seperti yang diajarkan kepada saya, jawabannya TIDAK.

Lebih baik uangnya dipakai untuk investasi. 

 

Ternyata tidak lama, orang tersebut didiagnosa sakit kanker. 

Seperti yang Kamu tahu, penyakit kanker bukanlah penyakit yang bisa disembuhkan dalam satuan minggu.

Penyakit kanker membutuhkan waktu penyembuhan berbulan-bulan (bahkan bertahun-tahun). 

 

Literasi Keuangan - Biaya Pengobatan dan Asuransi Kesehatan

Ilustrasi Orang Sakit, Sumber Gambar 6

 

Menurut Kamu, apakah perusahaan masih mau mempertahankan karyawan yang harus bed rest karena sakit kanker?

Jawabannya TIDAK

 

Pada saat itu perusahaan mengambil keputusan untuk memberikan pensiun dini kepada Bapak tersebut.

Si Bapak diberi uang pensiun yang lebih besar dari yang seharusnya Beliau terima.

Misal harusnya si Bapak mendapat uang pensiun Rp 300 juta, perusahaan sudah memberikan lebih dari Rp 500 juta.

 

Sebenarnya perusahaan sudah memberikan yang terbaik kepada karyawannya.

Tapi begitu pensiun dini, asuransi kesehatan kantor tidak lagi meng-cover si Bapak.

Akhirnya uang pensiun dini dipakai untuk biaya berobat dan biaya hidup (selama si Bapak  menjalankan pengobatan).

 

Singkat cerita uang pensiun dini habis dan pengobatan terpaksa berhenti.

Si Bapak akhirnya meninggal dunia dan istrinya harus mencari pekerjaan untuk hidup.

 

Itulah dampak dari KEBODOHAN FINANSIAL yang pernah saya lakukan.

Dari situ saya belajar menjadi lebih bijak dan wide angle dalam memberikan nasehat keuangan.

 

Robert T. Kiyosaki: Being Financially Uneducated is Risky

Ada banyak sekali keputusan keuangan yang berisiko. 

Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, hal tersebut terjadi bukan karena mereka bodoh. 

Mereka melakukan hal-hal berisiko, karena literasi keuangan yang rendah. 

 

Kalau kata Warren Buffett:

Risk comes from not knowing what you’re doing

Warren Buffett

 

Contoh keputusan berisiko:

  1. Hidup ngalir saja, tanpa rencana yang jelas.
  2. Kebiasaan menunda (baca: nanti dulu, belum dulu, nanti dulu dan lain sebagainya). Ingat menunda = membuang waktu!
  3. Hidup hanya mengandalkan satu sumber penghasilan.
  4. Hidup mewah dan sulit mengendalikan keinginan.
  5. Mengambil pinjaman mobil, pinjaman rumah, pinjaman bisnis yang besarnya cicilan dapat merusak cash flow.
  6. Menggunakan pinjaman online ilegal atau lintah darat pada saat butuh dana cepat.
  7. Salah membedakan antara aset dan kewajiban.
  8. Mencari strategi cepat kaya dengan cara-cara yang tidak wajar: pergi ke dukun, pesugihan, menikahi orang kaya, menipu dan lain sebagainya.
  9. Tidak membayar atau ngemplang pajak.
  10. Tidak memiliki asuransi kesehatan dan penyakit kritis.
  11. Tidak memiliki asuransi jiwa, bagi yang sudah berkeluarga (dan punya anak).
  12. Berinvestasi pada yang tampak “AMAN“.
  13. Berinvestasi pada produk investasi yang tidak terlalu aman, tetapi “KEUNTUNGANNYA BESAR“.
  14. Berinvestasi tanpa pengetahuan yang memadai. 
  15. BERJUDI
  16. Menikah hanya modal CINTA dan PERTOLONGAN orang tua, sahabat dan pinjaman.
  17. Rencana pensiun adalah berharap bantuan pemerintah, teman, saudara dan anak. Ujungnya menjadikan anak sebagai generasi sandwich.
  18. Meninggalkan kekayaan, tanpa rencana waris.
  19. Meninggalkan pinjaman, tanpa perlindungan.
  20. dan lain sebagainya.

 

Menurut ilmu perencanaan keuangan, risiko dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:

  1. Risiko yang jarang terjadi dan dampak kerugiannya kecil.
  2. Risiko yang jarang terjadi dan dampak kerugiannya besar.
  3. Risiko yang sering terjadi dan dampak kerugiannya kecil.
  4. Risiko  yang sering terjadi dan dampak kerugiannya besar.

 

Keempat risiko tersebut juga pastinya memiliki penanganan yang berbeda, kan?

Dalam perencanaan keuangan, dikenal istilah manajemen risiko.

 

Kisah 3 Babi Kecil

Pernahkah Kamu membaca cerita 3 babi kecil?

Berikut ini cerita singkatnya:

 

Di suatu daerah hiduplah sebuah keluarga babi yang harmonis. Keluarga babi tersebut memiliki tiga anak babi yangs udah menjadi dewasa.

Ibu babi mengatakan kepada anak-anaknya untuk keluar dan mulai membuat rumahnya masing-masing.

 

Literasi Keuangan - Tiga Babi Kecil

Cerita Tiga Babi Kecil, Sumber Gambar 7

 

Babi kecil pertama membangun rumahnya dengan jerami. Dia pikir rumah jerami itu “aman” dan “cepat dibangun”. Babi kecil pertama berpikir semuanya akan baik-baik saja. Tidak ada yang salah dengan rumah jeraminya, yang penting tidak kepanasan dan tidak kehujanan.

 

Babi kecil kedua membangun rumahnya dengan kayu. Dia pikir kayu jauh lebih “aman” dan “cukup kuat” dari terpaan cuaca dan ancaman binatang buas. Babi kedua merasa tidak ada yang salah dengan rumah kayunya, karena kayu lebih kuat daripada jerami.

Babi kedua berpikir:

“tenang saja ada babi kesatu, yang rumahnya lebih rapuh daripada rumahku.”

“jika terjadi sesuatu, anak babi pertama yang akan kenapa-kenapa dulu.”

 

Babi ketiga mencoba mengamati dan mempelajari situasinya. Akhirnya babi kecil ketiga berpikir terlalu berisiko dengan rumah jerami dan rumah kayu.

Singkat cerita babi ketiga membangun rumahnya dengan batu bata. Lebih susah, lebih repot dan progress-nya tampak slow banget. 

 

Suatu ketika ada seekor serigala datang. Serigala tersebut kelaparan dan ingin sekali makan.

Serigala tersebut berusaha untuk memangsa anak-anak babi.

 

Serigala vs Anak Babi 1

Serigala tersebut mendekati anak babi pertama dan melihat rumah jeraminya. 

Serigala berusaha meniup rumah jerami itu dan rumah jerami porak-poranda.

Anak babi 1 berusaha melarikan diri, akhirnya dia berhasil diselamatkan oleh anak babi 2.

 

Serigala vs Anak Babi 2

Anak babi 2, mengajak saudaranya anak babi 1 untuk tinggal di rumah kayunya.

Serigala tersebut mendekati anak babi kedua dan rumah kayunya. 

Serigala berusaha meniup rumah kayu itu, ternyata rumah kayunya aman-aman saja.

Serigala berusaha meniup lebih keras dan ternyata rumah kayu tersebut ambruk.

Anak babi 2 dan anak babi 1, berusaha melarikan diri ke rumah anak babi 3.

 

Serigala vs Anak Babi 3

Anak babi 1 dan 2 berhasil melarikan diri dan bersembunyi di dalam rumah anak babi 3.

Serigala tersebut mendekati anak babi ketiga dan rumah batanya. 

Serigala berusaha meniup rumah bata itu, ternyata rumah batu bata aman-aman saja.

 

Serigala mencoba masuk ke dalam rumah anak babi 3 melalui cerobong asap.

Serigala tidak sadar apa yang ada di dalam cerobong asap dan dia turun perlahan. Semakin ke bawah, semakin bau gosong dan ada asap.

Ternyata ekor serigala terkena air panas. Anak babi 3 sedang merebus air di dalam perapiannya.

 

Apa pelajaran dari cerita di atas?

Terkadang, kita tidak sadar bahwa keputusan yang kita anggap AMAN dan CEPAT adalah solusi terburuk dan berisiko. Seperti yang dilakukan anak babi pertama atau kedua.

 

Begitu juga dalam hal keuangan. Seringkali kita berpikir, sudah melakukan hal yang benar dengan keuangan kita.

Setidaknya melakukan hal yang sama, seperti yang dilakukan oleh orang tua kita.

  • Bekerja keras dan menyisihkan untuk ditabung.
  • Menabung emas dan uang US Dollar.
  • Membeli asuransi pendidikan.

 

Nyatanya konsep menabung sudah tidak relevan lagi, menabung emas dan US Dollar bukan solusi terbaik, membeli asuransi pendidikan (hal terburuk). Penjelasannya adalah:

 

Hal tersebut terjadi karena ZAMAN BERUBAH.

Cara Anda mengelola keuangan juga perlu berubah dan oleh sebab itu Anda perlu mempersiapkan segala sesuatu (mengenai keuangan), termasuk membekali diri Anda dengan literasi keuangan, setuju?

 

Jika kamu mau meningkatkan literasi keuangan, maka kamu akan memahami (dan mempraktekkan):

  1. Manajemen Risiko: bagaimana cara mengelola risiko, agar tidak menyebabkan kebangkrutan. Besarnya risiko disesuaikan dengan kemampuan keuangan kita.
  2. Value Protection: bagaimana memilih dan memanfaatkan produk asuransi yang sesuai kebutuhan kita dengan harga yang terjangkau.

 

Kamu dapat menonton rangkuman dari penjelasan di video berikut ini:

 

Setelah risiko dikelola dengan baik, maka langkah selanjutnya BERINVESTASI.

Permasalahan saat investasi adalah:

Saat dibeli, nilainya semakin turun.

Saat dijual, nilainya semakin tinggi.

 

Apa yang salah dengan investasi?

Yuk kita bahas di Halaman 5.