Kesulitan Kas Bon

Saya sendiri memiliki pengalaman kerja di sebuah perusahaan manufaktur. Saya sempat mengamati fenomena yang namanya kas bon. Ternyata kasbon yang dianggap solusi likuiditas untuk karyawan, ternyata memiliki banyak masalah untuk manajemen. 

 

Correct me if I’m wrong.

Saya coba menyusun beberapa concern terhadap kasbon dari sudut pandang manajemen:

Kasbon Digital, Solusi untuk Financial Wellness Karyawan

Concern Kasbon dari sudut pandang manajemen

 

Saya coba jelaskan dalam bentuk poin-poin sederhana (jika ada tambahan atau argumen yang kurang sesuai, silakan tinggalkan komentar Anda). 

 

Administrasi, pada saat saya bekerja di perusahaan manufaktur, saya melihat ada seseorang (bagian keuangan) yang ditugaskan untuk administrasi kasbon. Mulai dari mengecek siapa yang waktunya jatuh tempo, melihat pengajuan yang baru, terkadang ribut jika ada orang yang sulit bayar atau pengajuannya ditolak.

Satu hal yang jelas, kegiatan adminstrasi kasbon ini tidak menambah pemasukan untuk perusahaan 🙁

 

Dana Cadangan, perusahaan mau tidak mau (dengan skema koperasi atau apa pun) harus menyiapkan sejumlah dana untuk dijadikan kasbon, betul?

Sayangnya uang tersebut yang awalnya bisa dipakai buat modal kerja atau diinvestasikan, malah tidak bertumbuh.

 

Fraud, adalah masalah yang paling menyebalkan terkait kasbon. Saya pernah mendapatkan sharing dari salah seorang teman yang bekerja di pabrik besar. Ternyata ada orang yang korupsi uang perusahaan dengan modus dana kasbon.  Ujungnya terjadi demo besar-besaran dan operasional perusahaan terganggu. 

 

Eh tahunya malah ada berita sejenis di kompas online, silakan cek:

Kasbon Uang Perusahaan, Modus Dugaan Korupsi di PT Jamkrida Jatim

Penulis Achmad Faizal, Robertus Belarminus | 14 November 2018

 

Collection

Tanpa panjang lebar, Anda pasti sudah tahu kenyataan di lapangan.

Manis dan memelas saat pengajuan kasbon.

Galak pada saat ditagih 😛

 

Drama

Apa yang terjadi jika ada seorang karyawan yang pengajuan kasbon ditolak perusahaan?

NGAMBEK!!! Kerja tidak benar dan cenderung berpotensi cari-cari masalah. 

 

Tentu saja hal ini tidak menguntungkan buat perusahaan, betul?

 

Sosial

Setahu saya, dana perusahaan yang dicadangkan untuk kasbon itu ada batasnya. 

Misal dana cadangan Rp 200 juta untuk karyawan berjumlah 50 orang. 

 

Jadi setiap orang memiliki jatah kasbon, karena uang perusahaan terbatas.

Pernahkah Anda mengamati, ada kecemburuan sosial antara orang yang tidak dapat jatah kasbon dengan orang yang mendapat kasbon? Nah itu bisa jadi biang keributan. 

 

Karena tidak semua karyawan bisa mendapatkan kasbon (di bulan yang sama), maka karyawan yang tidak kebagian akan mencari solusi lain. 

Mereka lagi browsing atau lihat Youtube, ada penawaran uang cepat dan masuk ke lubang pinjaman online ilegal.

Bagaimana kelanjutannya? Yuk baca di Halaman 4.